Dr Mustaji, M.Pd - Sebuah perencanaan media didasarkan atas
kebutuhan (need), apakah kebutuhan itu?Salah satu indikator adanya kebutuhan
karena di dalamnya terdapat kesenjangan (gap). Kesenjangan adalahadanya
ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa
yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan
dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
Jika yang kita inginkan siswa menguasai 1500 kosa kata bahasa Inggris,
sedangkan siswa hanya menguasai 800 kata, maka terjadi kesenjangan 700 kata
lagi. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan
kemampuan penguasaan kosa kata sehingga sampai pada target 1500 kata.
Contoh lain misalnya pada Siswa SD, mereka diharapkan
memiliki keterampilan dalam membaca, menulis dan berhitung. Ternyata dalam
kenyataannya mereka baru dapat mambaca saja, sehingga kebutuhannya adalah
bagaimana supaya mereka bisa menulis dan berhitung.Begitu halnya jika siswa
diharapkan memiliki kemampuan untuk menjumlahkan, mengalikan dan membagi, namun
ternyata mereka baru bisa menjumlahkan saja.Dengan demikian kebutuhnnya adalah
meningkatkan kemampuan mengalikan dan membagi.Tidak hanya pada pengetahuan dan
keterampilan, pada aspek sikap juga sering terjadi kesenjangan yang mendorong
kebutuhan.Misalnya siswa SD diharapkan sudah berperilaku hidup sehat dengan
rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari,
selalu berpakaian rapi dan tidak jajan sembarangan.Namun dalam kenyataannya
tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana
meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan, seyogyannya menjadi dasar dan pijakan
dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media
dapat berfungsi dengan baik. Misalnya dalam pembelajaran bahasa Inggris pada
umumnya siswa merasa kesulitan untuk membuat kalimat dengan bahasa Inggris
ditambah perasaan malu dan takut untuk berbicara. Guru yang kreatif dapat
menciptakan sebuah media yang disebut kantung ajaib. Dalam kantung tersebut diisi
dengan berbagai benda bisa apa saja, misalnya buah, sapu tangan, makanan, batu,
tanah liat dan lain-lain. Juga disediakan tulisan yang dilipat yang isinya
kata-kata tertentu.Dengan sebuah permainan masing-masing siswa dipersilahkan
untuk mengambil tulisan dan dari tulisan itu dia harus mengembangkannya menjadi
kalimat, begitu juga dengan benda-benda yang ada di kantung ajaib tersebut
sebagai bahan untuk mengembangkan kalimat dalam bercerita dalam bahasa Inggris.
Kesesuaian media dengan siswa menjadi dasar pertimbangan
utama, sebab hampir tidak ada satu media yang dapat memenuhi semua tingkatan
usia, dalam hal ini Barbara B. Seels (1994:98) mengatakan bahwa diperlukan
Informasi tentang gaya belajar siswa atau learning style. Beberapa learning
style yang dapat diidentifikasi dari siswa adalah (1) Tactile/Kinesthetic Para
siswa memperoleh hasil belajar optimal apabila disibukan dengan suatu
aktivitas. Mereka tidak ingin hanya membaca tetapi ikut terlibat langsung
melakukan sendiri. (2) Visual/Perceptual. Para siswa memperoleh hasil belajar
optimal dengan penglihatan. Demonstrasi dari papan tulis, diagram, grafik dan
tabel adalah semua alat yang berharga untuk mereka Pelajar tipe visual selalu
ingin melihat gambar, diagram, flow chart, time line, film, dan demonstrasi.
(3) Auditory. Pelajar menyukai informasi dengan format bahasa lisan. Hasil
belajar diiperoleh melalui mendengarkan ceramah kuliah dan mengambil bagian
pada diskusi kelompok. (4) Aktif versus Reflektif Aktif: Pelajar cenderung
untuk mempertahankan dan memahami informasi yang terbaik apa dengan melakukan
sesuatu secara aktif dengan mendiskusikan atau menerapkannya dan menjelaskannya
pada orang lain. (5) Reflektif :Pelajar suka memikirkan sesuatu dengan tenang
"Mari kita fikirkan terlebih dulu" adalah tanggapan pelajar yang yang
reflektif. (6) Seqwential Versus Global Seqwential : Pelajar menyukai untuk
berproses step-by-step, terhadap suatu cara dan hasil akhir yang sempurna. (7)
Global: Pelajar menyukai suatu ikhtisar atau " gambaran besar" dari
apa yang mereka akan lakukan sebelum menuju pembelajaran dengan proses yang
kompleks.
Kebutuhan akan media dapat didasarkan atas tuntutan
kurikulum. Siswa kelas enam SD pada akhir tahun diharapkan memiliki sejumlah
kemampuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada
awal tahun ajaran tentulah guru menghadapi kesenjangan untuk mencapai target
kurikulum sehingga pada akhir tahun kemampuan itu sudah dapat dimiliki siswa.
Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan
dan percakapan dalam bahasa Inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat
mengikutinya jika siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa
penguasaan kosa kata dan dapat menyusun kalimat sederhana. Jika kita tidak
memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan
mengalami kesulitan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa program yang
terlalu mudah akan membosankan bagi siswa dan sedikit sekali manfaatnya bagi siswa
karena siswa tidak memperoleh tambahan kemampuan yang seharusnya. Sebaliknya
program media yang terlalu sulit akan membuat siswa frustasi. Kemampuan dan
keterampilan yang seharusnya dimilki oleh siswa tidak dapat terpenuhi dan
terserap dengan baik, sehingga tidak terjadi perubahan perilaku pada diri
siswa. Inilah yang harus dihindari dalam perancangan media pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment